Hikmat dalam Amsal Salomo
Kata hikmat berasal dari kata Ibraninya adalah
chokmah. Dalam Alkitab Terjemahan Baru, di kitab Amsal muncul 41 ayat
yang berbicara mengenai hikmat sehingga kitab Amsal sarat dengan kata
hikmat. Hikmat sesuatu yang sangat menarik sehingga penulis mendorong
pembacanya untuk mengetahui hikmat.
Apakah yang dimaksud dengan hikmat? Apakah
pengertian hikmat menurut penulis Amsal dan kaitanya dengan pengertian
hikmat menurut pendapat kita? Apakah kamus-kamus yang ada dipasaran
memiliki pengertian yang sama dengan hikmat dalam pengertian penulis
yang ditulis oleh raja Salomo?
Bila penulis menulis bahwa dengan hikmat, TUHAN
telah telah meletakan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya
langit ( Ams 3:19), apakah bahwa Tuhan memerlukan sang hikmat sehingga
Tuhan melalui hikmat meletakan dasar bumi? Mengapa hikmat sesuatu yang
sangat penting dalam meletakan dasar bumi? Apakah hikmat adalah suatu
kata benda berwujud ataukah hikmat yang dimaksud penulis sesuatu benda
yang abstrak? Bukankah bila melihat kitab Amsal pasal 8 maka menemukan
bahwa kata “Aku” adalah identik dengan pengertian hikmat, sehingga
membuat pembaca cenderung berpikir bahwa hikmat adalah suatu kata benda
yang menunjuk kepada seorang oknum? Apakah hikmat dapat melakukan
tindakan ataukah hikmat diperlukan dalam bertindak sehingga
dibutuhkan saat Tuhan meletakan dasar bumi?
Bila
pertanyaan apakah Tuhan memerlukan sang hikmat untuk meletakan bumi,
maka dalam Amsal 8:22 dijelaskan bahwa TUHAN menciptakan hikmat sebagai
permulaan pekerjaan-Nya. Sebagai ciptaan Tuhan, apakah hikmat adalah
makhluk yang memiliki Roh ? Apakah ia suatu makhluk bernyawa dan
memiliki fisik? Ataukan sesuatu yang bukan berupa makhluk apapun namun
benda ciptaan yang sangat penting saat TUHAN hendak melakukan suatu
penciptaan sepanjang sejarah waktu dalam kekekalan?
Bila
penulis mengatakan takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan,
tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan ( Ams 1:7) serta dalam
Amsal 30:3 tersirat bahwa yang tidak mempelajari hikmat tidak akan
mengenal Yang Mahakudus; bagaimanakah hubungan antara hikmat dengan Yang
Mahakudus serta hikmat yang terkait dengan pengetahuan serta takut akan
TUHAN? Apakah ini ada hubungan dengan kenyataan bahwa TUHANlah yang
memberi hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Ams
2:6), sehingga orang yang tidak takut terhadap TUHAN tidak akan
mendengarkan segala sesuatu yang berasal dari mulut-Nya yang memberi
hikmat dan wajar bila berdampak tidak mengenal Yang Mahakudus? Bila
hikmat dikaitkan kepada pengetahuan, sebab bukankah penulis menulis
bahwa berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang mendapatkan
kepandaian ( Ams 3:13) sehingga dalam ayat ini ada keterkaitan erat
antara hikmat dan kepandaian yang identik atau serupa dengan
pengetahuan? Apakah hikmat yang dimaksud dalam Amsal adalah
kebijaksanaan yang memiliki hubungan dalam keagamaan atau etika dan
agama sebab terkait dengan Yang Mahakudus?
Hikmat
berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan
suaranya ( Ams 1:20) Penulis menyatakan bahwa di jalan-jalan pun ada
hikmat yang berseru agar manusia mengamati hikmat di jalan-jalan. Bila
di jalan-jalan ada hikmat, mengapa harus dikaitkan dengan takut akan
Tuhan dan mengenal Yang Mahakudus? Adakah perbedaan hikmat di
jalan-jalan dengan TUHANlah yang memberi hikmat? Bukankah melalui
pengamatan, penelitian segala sesuatu yang ada di jalan-jalan dan atau
lingkungan hidup manusia, manusia memperoleh hikmat? Dimanakah keutamaan
hikmat yang berasal dari TUHAN? Bukankah manusia juga diberi kepintaran
dan dianjurkan memperoleh kecerdikan (Ams 14:8) dan mempelajari segala
sesuatu yang mendatangkan hikmat? Bukankah dengan hikmat rumah
didirikan, dengan kepandaian itu ditegakan ( Ams 24:3; 9:1) sehingga
seorang ahli teknik bangunan dapat dikatagorikan sebagai orang berhikmat
dan itu dapat dipelajari di bangku sekolah hingga perguruan tingga
pasca sarjana? Bukankah tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi
anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya ( Ams 29:15; 31:26) sehingga
hikmat diperoleh dari hasil didikan seorang ibu dan juga dibantu ayah
dan mungkin sejumlah pendidik dalam suatu komunitas dapat menghasilkan
orang yang berhikmat? Bukankah, bila mengamati Amsal 8:12; 10:13 maka
akan diketahui bahwa hikmat itu berdiam dalam kecerdasan, pengetahuan
dan kebijaksanaan sehingga orang bodoh, orang bebal dan pencemooh
hikmat sulit meraih hikmat (Ams 24:7; 14:33; 11:2;14:6) Bukankah hikmat
yang berseru di jalan-jalan adalah landasan dasar untuk memperoleh
hikmat terlebih-lebih bila memperhatikan Amsal 4:7 sehingga memungkinkan
dapat berjalan di jalan yang lurus ( Ams 4:11)?
Alinea
di atas menunjukkan manusia dapat memperoleh hikmat karena adanya
kemauan untuk memperoleh hikmat yang sejajar dengan pernyataan Amsal
4:5; 2:2 lalu mengapa penulis Amsal yakni Salomo bahwa takut akan Tuhan
adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului
kehormatan? Bukankah penulis yang sama telah menunjukkan bahwa ada
banyak jalan untuk memperoleh hikmat? Amsal dengan jelas menunjukkan
bahwa banyak jalan memperoleh hikmat saat kita serius mendengar hikmat
berseru nyaring di jalan-jalan yang berarti hikmat ada disekeliling
kita, apakah arti semuanya ini? Penulis Amsal menyatakan bahwa aku (
hikmat) ada serta-Nya sebagai anak kesayangan…. aku bermain-main di atas
muka bumi-Nya dan untuk anak-anak manusiamenjadi kesenanganku ( Ams
8:30-31)
Apakah ada alasan yang dikemukakan oleh
penulis Amsal, Raja Salomo tentang mengapa harus takut akan Tuhan
terlebih dahulu? Bukan hikmat dapat ditemui sebab hikmat bermain-main di
atas muka bumi-Nya. Melalui riset, belajar dan memperhatikan
disekeliling kita, bukankah itu sudah memiliki hikmat? Apakah karena
hikmat ada serta TUHAN sebagai anak kesayangannya maka kita harus takut
TUHAN? Ataukah ada pengertian lain tentang hikmat, dan bila ada apakah
yang menjadi dasar pertimbangan serta apakah manfaat istimewanya?
Penulis
Amsal menulis bahwa tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada
pertimbangan yang menandingi TUHAN (Ams 21:30) Apakah pernyataan ini
menjadi kunci jawaban untuk membenarkan pernyataan “Takut akan TUHAN
adalah permulaan pengetahuan…”? Apakah fungsi hikmat yang terutama dalam
mencari hikmat sehingga harus dimulai dengan takut akan TUHAN? Bukankah
hikmat berfungsi agar harta tidak boros terbuang? (Ams 29:3), Bukankah
hikmat membuat masa depan menjadi penuh harapan ? ( Ams 24:14) Bukankah
hikmat melebihi dari emas dan perak? (Ams 16:16) Bukankah hikmat akan
membuat jiwa senang? ( Ams 2:10) Bukankah manfaat hikmat di atas dapat
diperoleh oleh orang atheis yang tidak mau percaya dan mengakui ada
TUHAN? Mengapa Salomo tetap berpendapat bahwa “Takut akan TUHAN adalah
permulaan pengetahuan”?
Bila mengamati undangan
hikmat yang terdapat dalam Amsal 9, maka diketahui bahwa hikmat berperan
penting untuk meraih hidup. ( Ams 9:6) Apakah meraih hidup itu
berkonotasi dengan umur panjang seperti yang tertulis di Amsal 9:11
ataukah umur panjang adalah bagian kecil dari pengertian hidup? Bila
umur panjang adalah ukuran memperoleh hikmat, mengapa orang yang tidak
berhikmat akan masuk kepada arwah-arwah dalam konotasi dunia orang mati?
( Ams 9:18) Dengan adanya keterkaitan hikmat dengan takut akan TUHAN
serta keterkaitan hikmat dengan memperoleh hidup dalam pengertian dunia
orang hidup yang berkonotasi hidup kekal dalam kerajaan Bapa, Allah Yang
Kekal, maka pengertian hikmat dalam kitab Amsal bukan sekedar sesuatu
hikmat yang jangka pendek dengan manfaat hanya di bumi tetapi hikmat
yang juga memiliki manfaat dalam dunia kekekalan. Kitab Amsal
mengajarkan pembacanya untuk memperoleh hikmat secara menyeluruh yang
berguna baik untuk hidup di bumi dan untuk hidup yang kekal. Apakah
manfaat hikmat yang dimaksudkan dalam mencari hikmat yang di dahului
dengan takut akan TUHAN? Penulis Amsal menyatakan bahwa aku ( hikmat )
berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan. ( Ams
8:20) Bila dikatakan permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN
mendatangkan hikmat yang membuat berjalan pada jalan kebenaran, bukankah
pernyataan itu sejajar dengan Amsal 16:6 bahwa orang yang takut akan
TUHAN menjauhi kejahatan. Bila dalam Amsal 8:20 dalam pernyataan positif
yang memiliki persamaan dengan menjauhi kejahatan sebagai inti dari
mengejar hikmat.
Yesus mengatakan bahwa Raja
Salomo dengan hikmatnya mengatakan ada sejumlah orang serius
mendengarkan hikmat Salomo yang menbawa mereka menemukan kebenaran ( Mat
12:42; Luk 11:31) dan Yesus menyatakan diri-Nya lebih dari Salomo.
Apakah keterkaitan Yesus dengan pengajaran hikmat Salomo sehingga
berkesimpulan bahwa Yesus lebih dari Salomo dalam masalah hikmat? Apakah
Yesus adalah hikmat yang dimaksud kitab Amsal 8:30-31? Bukankah hikmat
Yesus menurut Yesus sendiri melebihi Salomo?
Dalam
Injil Yohanes menjelaskan ”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… segala sesuatu
dijadikan oleh Dia… sehingga hikmat yang dimaksud Amsal adalah bukan
Yesus tetapi Yesus yang menjadikan hikmat itu ada….”( Yoh 1:1-3) dengan
penjelasan yang terperinci misalnya terdapat dalam Yohanes 14:6 yang
berbunyi: Kata Yesus kepadanya:” Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Bila dibandingkan dengan Amsal 8:20 yang tertulis bahwa hikmat berjalan
pada jalan kebenaran maka berarti hikmat berjalan dalam Yesus yang
adalah kebenaran bukan karena Yesus berhikmat maka Yesus berjalan dalam
kebenaran sebab Yesus adalah kebenaran itu sendiri yang telah
menciptakan hikmat sehingga hikmat adalah suatu benda abstrak yang
dicuptakan sebelum menciptakan langit dan bumi. Melalui hikmat maka ada
hukum gravitasi dan hukum aerodinamika, melalui hikmat ada hukum
kematian dan hukum kehidupan tetapi yang menciptakan semua adalah Allah
yang telah dijelaskan dalam Yohanes 1:1-3.
Bila
mengamati Yohanes 1:4,9 bahwa Yesus adalah “Terang” dan jika dihubungkan
dengan buah terang adalah kebaikan dan keadilan dan kebenaran ( Ef 5:9)
maka jelaslah bahwa hikmat yang berjalan dalam kebenaran adalah suatu
ciptaan yang sangat erat kaitan dengan Terang Sumber Hidup.
Dalam
hikmat Salomo, Salomo mengatakan bahwa dengan kasih dan kesetiaan,
kesalahan diampuni ….( Ams 16:6) Dalam hikmat mengenal ada kasih dan
kesetian dan Yesus kita melihat kasih dan kesetiaan. Dalam hikmat
Salomo, Salomo mengenal adanya korban tebusan ( Ams 14:9) dalam Yesus
kita mengenal Ia datang untuk memikul dosa isi dunia. ( Yoh 1:29)
Mengejar
hikmat yang berseru di jalan-jalan adalah sesuatu yang penting
sekalipun Yesus pencipta hikmat menunjukkan inti utama hikmat adalah
keselamatan yang kemudian tampak jelas saat Firman menjadi manusia dan
menebus kita sebagai hakikat hikmat yang membawa kepada kekekalan,
tetapi selama ada di dunia kita membutuhkan hikmat-hikmat lainnya agar
kita bijaksana. Hikmat lain yang diperlukan dalam kehidupan dibumi agar
hidup lebih bijak berseru di jalan-jalan dan hadir disekeliling kita.
By Hermawan Soediro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar