Rabu, 21 Agustus 2013

Hikmat dalam Amsal Salomo

Untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna.Amsal 1:2
Kata hikmat berasal dari kata Ibraninya adalah chokmah. Dalam Alkitab Terjemahan Baru, di kitab Amsal muncul 41 ayat yang berbicara mengenai hikmat sehingga kitab Amsal sarat dengan kata hikmat. Hikmat sesuatu yang sangat menarik sehingga penulis mendorong pembacanya untuk mengetahui hikmat.
Apakah yang dimaksud dengan hikmat? Apakah pengertian hikmat menurut penulis Amsal dan kaitanya dengan pengertian hikmat menurut pendapat kita? Apakah kamus-kamus yang ada dipasaran memiliki pengertian yang sama dengan hikmat dalam pengertian penulis yang ditulis oleh raja Salomo?
Bila penulis menulis bahwa dengan hikmat, TUHAN telah telah meletakan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit ( Ams 3:19), apakah bahwa Tuhan memerlukan sang hikmat sehingga Tuhan melalui hikmat meletakan dasar bumi? Mengapa hikmat sesuatu yang sangat penting dalam meletakan dasar bumi? Apakah hikmat adalah suatu kata benda berwujud ataukah hikmat yang dimaksud penulis sesuatu benda yang abstrak? Bukankah bila melihat kitab Amsal pasal 8 maka menemukan bahwa kata “Aku” adalah identik dengan pengertian hikmat, sehingga membuat pembaca cenderung berpikir bahwa hikmat adalah suatu kata benda yang menunjuk kepada seorang oknum? Apakah hikmat dapat melakukan tindakan ataukah hikmat diperlukan dalam bertindak sehingga dibutuhkan saat Tuhan meletakan dasar bumi?
Bila pertanyaan apakah Tuhan memerlukan sang hikmat untuk meletakan bumi, maka dalam Amsal 8:22 dijelaskan bahwa  TUHAN menciptakan hikmat sebagai permulaan pekerjaan-Nya. Sebagai ciptaan Tuhan, apakah hikmat adalah makhluk yang memiliki Roh ? Apakah ia suatu makhluk bernyawa dan memiliki fisik?  Ataukan sesuatu yang bukan berupa makhluk apapun namun benda ciptaan yang sangat penting saat TUHAN hendak melakukan suatu penciptaan sepanjang sejarah waktu dalam kekekalan? 
Bila penulis mengatakan takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan ( Ams 1:7) serta dalam Amsal 30:3 tersirat bahwa yang tidak mempelajari hikmat tidak akan mengenal Yang Mahakudus; bagaimanakah hubungan antara hikmat dengan Yang Mahakudus serta hikmat yang terkait dengan pengetahuan serta takut akan TUHAN? Apakah ini ada hubungan dengan kenyataan bahwa TUHANlah yang memberi hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Ams 2:6), sehingga orang yang tidak takut terhadap TUHAN tidak akan mendengarkan segala sesuatu yang berasal dari mulut-Nya yang memberi hikmat dan wajar bila berdampak tidak mengenal Yang Mahakudus? Bila hikmat dikaitkan kepada pengetahuan, sebab bukankah penulis menulis bahwa berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang mendapatkan kepandaian ( Ams 3:13) sehingga dalam ayat ini ada keterkaitan erat antara hikmat dan kepandaian yang identik atau serupa dengan pengetahuan? Apakah hikmat yang dimaksud dalam Amsal adalah kebijaksanaan yang memiliki hubungan dalam keagamaan atau etika dan agama sebab terkait dengan Yang Mahakudus?
Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya ( Ams 1:20) Penulis menyatakan bahwa di jalan-jalan pun ada hikmat yang berseru agar manusia mengamati hikmat di jalan-jalan. Bila di jalan-jalan ada hikmat, mengapa harus dikaitkan dengan takut akan Tuhan dan mengenal Yang Mahakudus? Adakah perbedaan hikmat di jalan-jalan dengan TUHANlah yang memberi hikmat? Bukankah melalui pengamatan, penelitian segala sesuatu yang ada di jalan-jalan dan atau lingkungan hidup manusia, manusia memperoleh hikmat? Dimanakah keutamaan hikmat yang berasal dari TUHAN? Bukankah manusia juga diberi kepintaran dan dianjurkan memperoleh kecerdikan (Ams 14:8) dan mempelajari segala sesuatu yang mendatangkan hikmat? Bukankah dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakan ( Ams 24:3; 9:1) sehingga seorang ahli teknik bangunan dapat dikatagorikan sebagai orang berhikmat dan itu dapat dipelajari di bangku sekolah hingga perguruan tingga pasca sarjana? Bukankah tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya ( Ams 29:15; 31:26) sehingga hikmat diperoleh dari hasil didikan seorang ibu dan juga dibantu ayah dan mungkin sejumlah pendidik dalam suatu komunitas dapat menghasilkan orang yang berhikmat? Bukankah, bila mengamati Amsal 8:12; 10:13 maka akan diketahui bahwa hikmat itu berdiam dalam kecerdasan, pengetahuan dan kebijaksanaan sehingga orang bodoh, orang bebal dan pencemooh hikmat sulit meraih hikmat (Ams 24:7; 14:33; 11:2;14:6) Bukankah hikmat yang berseru di jalan-jalan adalah landasan dasar untuk memperoleh hikmat terlebih-lebih bila memperhatikan Amsal 4:7 sehingga memungkinkan dapat berjalan di jalan yang lurus ( Ams 4:11)?
Alinea di atas menunjukkan manusia dapat memperoleh hikmat karena adanya kemauan untuk memperoleh hikmat yang sejajar dengan pernyataan Amsal 4:5; 2:2 lalu mengapa penulis Amsal yakni Salomo bahwa takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan? Bukankah penulis yang sama telah menunjukkan bahwa ada banyak jalan untuk memperoleh hikmat? Amsal dengan jelas menunjukkan bahwa banyak jalan memperoleh hikmat saat kita serius mendengar hikmat berseru nyaring di jalan-jalan yang berarti hikmat ada disekeliling kita, apakah arti semuanya ini? Penulis Amsal menyatakan bahwa aku ( hikmat) ada serta-Nya sebagai anak kesayangan…. aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan untuk anak-anak manusiamenjadi kesenanganku ( Ams 8:30-31)
 Apakah ada alasan yang dikemukakan oleh penulis Amsal, Raja Salomo tentang mengapa harus takut akan Tuhan terlebih dahulu? Bukan hikmat dapat ditemui sebab hikmat bermain-main di atas muka bumi-Nya. Melalui riset, belajar dan memperhatikan disekeliling kita, bukankah itu sudah memiliki hikmat? Apakah karena hikmat ada serta TUHAN sebagai anak kesayangannya maka kita harus takut TUHAN? Ataukah ada pengertian lain tentang hikmat, dan bila ada apakah yang menjadi dasar pertimbangan serta apakah manfaat istimewanya?
Penulis Amsal menulis bahwa tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang menandingi TUHAN (Ams 21:30) Apakah pernyataan ini menjadi kunci jawaban untuk membenarkan pernyataan “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan…”? Apakah fungsi hikmat yang terutama dalam mencari hikmat sehingga harus dimulai dengan takut akan TUHAN? Bukankah hikmat berfungsi agar harta tidak boros terbuang? (Ams 29:3), Bukankah hikmat membuat masa depan menjadi penuh harapan ? ( Ams 24:14) Bukankah hikmat melebihi dari emas dan perak? (Ams 16:16) Bukankah hikmat akan membuat jiwa senang? ( Ams 2:10) Bukankah manfaat hikmat di atas dapat diperoleh oleh orang atheis yang tidak mau percaya dan mengakui ada TUHAN? Mengapa Salomo tetap berpendapat bahwa “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan”?
Bila mengamati undangan hikmat yang terdapat dalam Amsal 9, maka diketahui bahwa hikmat berperan penting  untuk meraih hidup. ( Ams 9:6) Apakah meraih hidup itu berkonotasi dengan umur panjang seperti yang tertulis di Amsal 9:11 ataukah umur panjang adalah bagian kecil dari pengertian hidup? Bila umur panjang adalah ukuran memperoleh hikmat, mengapa orang yang tidak berhikmat akan masuk kepada arwah-arwah dalam konotasi dunia orang mati? ( Ams 9:18) Dengan adanya keterkaitan hikmat dengan takut akan TUHAN serta keterkaitan hikmat dengan memperoleh hidup dalam pengertian dunia orang hidup yang berkonotasi hidup kekal dalam kerajaan Bapa, Allah Yang Kekal, maka pengertian hikmat dalam kitab Amsal bukan sekedar sesuatu hikmat yang jangka pendek dengan manfaat hanya di bumi tetapi hikmat yang juga memiliki manfaat dalam dunia kekekalan. Kitab Amsal mengajarkan pembacanya untuk memperoleh hikmat secara menyeluruh yang berguna baik untuk hidup di bumi dan untuk hidup yang kekal. Apakah manfaat hikmat yang dimaksudkan dalam mencari hikmat yang di dahului dengan takut akan TUHAN? Penulis Amsal menyatakan bahwa aku ( hikmat ) berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan. ( Ams 8:20) Bila dikatakan permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN mendatangkan hikmat yang membuat berjalan pada jalan kebenaran, bukankah pernyataan itu sejajar dengan Amsal 16:6 bahwa orang yang takut akan TUHAN menjauhi kejahatan. Bila dalam Amsal 8:20 dalam pernyataan positif yang memiliki persamaan dengan menjauhi kejahatan sebagai inti dari mengejar hikmat.
Yesus mengatakan bahwa Raja Salomo dengan hikmatnya mengatakan ada sejumlah orang serius mendengarkan hikmat Salomo yang menbawa mereka menemukan kebenaran ( Mat 12:42; Luk 11:31) dan Yesus menyatakan diri-Nya lebih dari Salomo. Apakah keterkaitan Yesus dengan pengajaran hikmat Salomo sehingga berkesimpulan bahwa Yesus lebih dari Salomo dalam masalah hikmat? Apakah Yesus adalah hikmat yang dimaksud kitab Amsal 8:30-31? Bukankah hikmat Yesus menurut Yesus sendiri melebihi Salomo?
Dalam Injil Yohanes menjelaskan  ”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… segala sesuatu dijadikan oleh Dia… sehingga hikmat yang dimaksud Amsal adalah bukan Yesus tetapi Yesus yang menjadikan hikmat itu ada….”( Yoh 1:1-3) dengan penjelasan yang terperinci misalnya terdapat dalam Yohanes 14:6 yang berbunyi: Kata Yesus kepadanya:” Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Bila dibandingkan dengan Amsal 8:20 yang tertulis bahwa hikmat berjalan pada jalan kebenaran maka berarti hikmat berjalan dalam Yesus yang adalah kebenaran bukan karena Yesus berhikmat maka Yesus berjalan dalam kebenaran sebab Yesus adalah kebenaran itu sendiri yang telah menciptakan hikmat sehingga hikmat adalah suatu benda abstrak yang dicuptakan sebelum menciptakan langit dan bumi. Melalui hikmat maka ada hukum gravitasi dan hukum aerodinamika, melalui hikmat ada hukum kematian dan hukum kehidupan tetapi yang menciptakan semua adalah Allah yang telah dijelaskan dalam Yohanes 1:1-3.
Bila mengamati Yohanes 1:4,9 bahwa Yesus adalah “Terang” dan jika dihubungkan dengan buah terang adalah kebaikan dan keadilan dan kebenaran ( Ef 5:9) maka jelaslah bahwa hikmat yang berjalan dalam kebenaran adalah suatu ciptaan yang sangat erat kaitan dengan Terang Sumber Hidup.
Dalam hikmat Salomo, Salomo mengatakan bahwa dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni ….( Ams 16:6) Dalam hikmat mengenal ada kasih dan kesetian dan Yesus kita melihat kasih dan kesetiaan. Dalam hikmat Salomo, Salomo mengenal adanya korban tebusan ( Ams 14:9) dalam Yesus kita mengenal Ia datang untuk memikul dosa isi dunia. ( Yoh 1:29)
Mengejar hikmat yang berseru di jalan-jalan adalah sesuatu yang penting sekalipun Yesus pencipta hikmat menunjukkan inti utama hikmat adalah keselamatan yang kemudian tampak jelas saat Firman menjadi manusia dan menebus kita sebagai hakikat hikmat yang membawa kepada kekekalan, tetapi selama ada di dunia kita membutuhkan hikmat-hikmat lainnya agar kita bijaksana. Hikmat lain yang diperlukan dalam kehidupan dibumi agar hidup lebih bijak berseru di jalan-jalan dan hadir disekeliling kita.

By Hermawan Soediro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar