Nilai dan Ijazahnya Tidak Sebanding dengan Prestasi Kerjanya! So?
Harus
diakui bahwa masih banyak staf divisi HRD yang menyeleksi karyawan
berdasarkan nilai yang tertera pada lembaran transrip nilai. Harus
diakui, hal ini dilakukan oleh banyak divisi HRD di banyak perusahan
untuk proses saringan awal. Untuk mendapatkan bibit yang dianggap
unggul, sering sekali divisi HRD memilih calon karyawan berdasarkan data
nilai ijazah yang disertakan bersama surat lamaran.
Sayang sekali, pada perkembangannya
justru banyak sekali didapati kenyataan bahwa nilai ijazah yang tinggi
tidak menjamin kinerja yang baik dari pelamar tersebut. Banyak kepada
bagian produksi harus menyampaikan komplain kepada divisi HRD karena
hasil rekrutmen mereka yang “memprihatinkan”. Apabila Anda adalah
seorang atasan yang secara kebetulan memiliki staf yang memiliki nilai
tinggi tetapi kinerjanya payah, tindakan seperti apa yang akan diambil?
1. Sebagai atasan, tentu Anda mengenal
betul irama standar dari kinerja di bagian Anda. Sedikit penurunan ritme
pekerjaan sudah cukup membuat Anda bertanya-tanya dan mencari tahu ada
kesalahan apa yang menghambat kinerja bagian Anda. Ketika Anda menyadari
bahwa pangkal masalah adalah pada staf yang memiliki nilai ijazah
tinggi ini, tindakan pertama yang harus Anda lakukan adalah mencoba
mengkaji ulang kinerja staf tersebut. Tidak bijaksana jika Anda serta
merta menimpakan kesalahan pada staf baru tersebut.
2. Setelah mendapatkan kesimpulan awak dari kinerja staf tersebut, Anda dapat membandingkan dengan data prestasi kerja
sang staf. Jika prestasi kerja dari staf tersebut terbilang rendah maka
sudah pasti ada sesuatu yang harus diperhatikan lebih seksama.
3. Amati secara khusus sang staf tersebut untuk kemudian berikan penugasan khusus kepadanya selama beberapa waktu. Hasil kerja yang dihasilkan olehnya dapat digunakan untuk menentukan standar prestasi kerjanya.
4. Amati juga latar belakang dari staf
tersebut. Latar belakang yang harus diamati adalah pendidikan terakhir
yang dimilikinya, dan pengalaman kerja. Khusus untuk pengamatan pada pengalaman kerja, Anda harus juga mengamati prestasi pada pekerjaan terakhirnya dahulu.
5. Langkah terakhir adalah memanggilnya
untuk mencoba mencari solusi bersama. Memberikan kesempatan untuk
memperbaiki kinerja mungkin adalah salah satu solusi yang cukup netral.
Sebagai manajer HRD, ada hal tertentu yang mungkin dapat menjadi catatan
bagi Anda. Anda harus memahami betapa sistem pendidikan Indonesia
tidak bertujuan mencetak tenaga ahli. Anda harus memilih karyawan
lulusan dari universitas tertentu yang sudah memiliki sistem pendidikan
yang bagus jika ingin mendapatkan karyawan yang siap pakai. Kebanyakan
institusi pendidikan Indonesia hanya berkonsentrasi mencetak sarjana,
sebuah sistem pendidikan yang mengerikan dan hanya berpotensi mencetak
jutaan pengangguran setiap tahunnya. Berdasarkan pemahaman akan sistem
pendidikan Indonesia yang carut marut, memberikan pelatihan pada
karyawan baru adalah jalan tengah terbaik. Manajer HRD harus bisa
memahami bahwa nilai tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan
kemampuan kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar