10 Tips Membina Rumah Tangga yang Harmonis
Harmonis…….
Siapa orangnya yang tidak ingin kehidupan rumah tangganya berjalan harmonis, tenteram, penuh cinta kasih, dan menjadi surganya semua anggota keluarga.
Berikut beberapa tips dalam menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga:
1. Jangan melihat ke belakang
Jangan
pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. “Kenapa saya waktu
itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?” Buang jauh-jauh
lintasan pikiran ini. Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan
perubahan. Justru, akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari
masalah sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut,
tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada
perceraian.
Karena
itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah masalah
kita. Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang. Atau,
na’udzubillah, membayangkan sosok lain di luar pasangan kita. Hal ini
akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita.
2. Berpikir objektif
Kadang,
konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. Ini
terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah
melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga
tidak secara utuh. Cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih
bagus lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama
dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang
perlu dibenahi.
Misalnya,
masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi
emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak
becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini
terjadi, reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri
bawel, materialistis, dan kurang pengertian. Padahal kalau mau
objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama
semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, isteri pun
ikut mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus melatih kemandirian
anak-anak.
3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya
Untuk menumbuhkan rasa optimistis,
lihatlah kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya,
mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. Imajinasi dari sebuah
benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut pandangnya.
Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak
kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di
sinilah uniknya berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami
isteri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.
Berarti,
ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita.
Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah
sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya di sisi
Allah. Nah, dari situlah kita memandang. Sambil jalan, segala
kekurangan pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita
miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk
berubah.
4. Saling percaya
Tanpa
rasa saling percaya antara pasangan suami-istri, perkawinan tentu tak
akan berjalan mulus. Bagaimana bisa mulus jika suami atau istri selalu
mengawasi gerak-gerik kita karena ketidakpercayaannya itu? Yang muncul
adalah kegelisahan, kecurigaan, kekhawatiran, tak pernah merasa
tenteram, dan sebagainya. Ujung-ujungnya, Anda berdua justru saling
menyalahkan dan menuduh. Rasa saling percaya akan mengantarkan Anda
pada perasaan aman dan nyaman. Kuncinya, jangan sia-siakan kepercayaan
yang diberikan suami Anda. Istri tak perlu mencurigai suami, dan
sebaliknya, suami juga tak perlu mencurigai istri. Membangun rasa
saling percaya juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa.
5. Kebutuhan Seks
Perkawinan
tanpa seks bisa dibilang seperti sayur tanpa garam. Hambar. Ya, seks
memang perlu. Dan meski aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk
memperoleh keturunan, namun manusia perlu juga mengembangkan seks
untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan hidupnya. Kegiatan seks
mestinya adalah penyerahan total, saling menyerahkan diri kepada suami
atau istrinya sehingga hubungan terpupuk semakin dalam. Kegiatan seks
yang timpang akan menjadi masalah serius bagi suami- istri.
Uring-uringan, cekcok, dan ahkan mencari pelampiasan di luar,
merupakan akibat yang biasanya muncul jika soal yang satu ini muncul.
Prinsip hubungan seks yang baik adalah
adanya keterbukaan dan kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan Anda
masing-masing. Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling memuaskan,
namun perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan
seks yang menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi Anda berdua.
6. Hindari pihak ketiga
Kehidupan
perkawinan merupakan otonomi tersendiri, yang sebaiknya tak dicampuri
oleh pihak lain, apalagi pihak ketiga. Kehadiran pihak ketiga yang
ikut campur tangan atau mempengaruhi dan masuk ke wilayah otoritas
keluarga, bisa menciptakan bencana bagi rumah tangga tersebut. Banyak
contoh keluarga yang hancur gara-gara pihak ketiga ikut main di
dalamnya. Entah campur tangan mertua, saudara ipar, kekasih simpanan,
tetangga, dan sebagainya. Jadi, bila Anda menginginkan kehidupan rumah
tangga Anda langgeng bahagia, sebisa-bisanya hindari campur tangan pihak
ketiga.
7. Menjaga romantisme
Terkadang,
pasangan suami-istri yang sudah cukup lama membangun mahligai rumah
tangga tak lagi peduli pada soal yang satu ini. Tak ada kata-kata
pujian, makan malam bersama, bahkan perhatian pun seperti barang mahal.
Padahal, menjaga romantisme dibutuhkan oleh pasangan suami-istri
sampai kapan pun, tak cuma ketika mereka berpacaran. Sekedar
memberikan bunga, mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau
berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat romantis akan kembali
memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup Anda. Tentu,
ujung-ujungnya pasangan suami-istri akan merasa semakin erat dan saling
membutuhkan.
8. Adakan komunikasi
Komunikasi
juga merupakan salah satu pilar langgengnya hubungan suami-istri.
Hilangnya komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar rumah tanga.
Bagaimana mungkin hubungan Anda dengan suami akan mulus jika menyapa
pun Anda enggan. Jika rumah tangga adalah sebuah mobil, maka komunikasi
adalah rodanya. Tanpanya, tak mungkin rasanya rumah tangga berjalan.
Banyak
terjadi, suami atau istri apatis terhadap pasangannya karena terlalu
sibuk bekerja. Suami-istri bekerja, sementara anak sibuk dengan
urusannya sendiri, sehingga rumah hanya seperti tempat kos,
masing-masing pribadi tidak saling tegur sapa. Ini sama halnya menaruh
bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Bisa-bisa, di antara Anda
kemudian mencari pelampiasan dengan mencari teman di luar untuk curhat
dan tak betah lagi tinggal di rumah. Jadi, cobalah untuk selalu menjaga
komunikasi dengan suami. Luangkan waktu untuk duduk atau ngobrol
bersama, sekalipun hanya 5 menit setiap hari. Teleponlah atau kirimkan
imil pada saat Anda berdua berada di kantor Anda masing-masing. Atau
makan siang bersama. Intinya, ciptakan komunikasi, sehingga
masing-masing pribadi merasa dibutuhkan.
9. Saling memuji dan memperhatikan
Meski
sepele, pujian atau perhatian sangat besar pengaruhnya bagi suami,
dan sebaliknya. Ucapan bernada pujian akan semakin memperkuat ikatan
suami-istri. Tanpa pujian atau perhatian, bisa-bisa yang ada hanya
saling mencela dan merendahkan. Memberikan pujian ringan seperti
“Masakan Mama hari ini luar biasa, lho!” atau “Wah, Papa tambah keren
pakai dasi itu.” Ucapan-ucapan sepele seperti itu akan memberikan
dorongan/semangat yang luar biasa. Pasangan Anda pun akan merasa
dihargai. Memuji tak butuh biaya atau ongkos mahal, kok. Yang dibutuhkan
adalah ketulusan dan rasa cinta pada pasangan.
10. Sertakan sakralitas dalam rumah tangga
Salah
satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah
karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau menurut
hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru di
situlah nilai pahala yang Allah janjikan.
Ketika
masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu
kepada sang pemilik masalah, Allah SWT. Pasangkan rasa baik sangka
kepada Allah SWT. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada
kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.
Lakukanlah pendekatan ubudiyah.
Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, dengan taqarrub pada Allah,
masalah yang berat bisa terlihat ringan. Dan secara otomatis, solusi
akan terlihat di depan mata. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar