Dua Inti Ajaran Dasar Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Muhammad Hasan Al-Homshi, sang penulis, cukup banyak memaparkan tentang inti ajaran Syekh Abdul Qadir. Ajaran beliau berangkat dari kegelisahannya melihat umat Islam yang senantiasa melakukan shalat, puasa, dan pergi haji, tapi semakin jauh dari nilai-nilai luhur Islam. Untuk itu, Syekh Abdul Qadir menyimpulkan bahwa permasalahannya berasal dari dalam diri manusia.
Syekh Abdul Qadir juga mengkritik praktik Islam warisan. Bagaimana pun, berislam tidak bisa diperoleh melalui warisan dan simbol-simbol fisik seperti bersarung lengkap dengan baju Koko dan Kopiah. “Beragama Islam artinya memasrahkan dirimu (lahir-bathin) kepada Allah, dan menyerahkan kalbumu semata-mata kepada-Nya,” begitulah sabda Rasulullah yang mengilhami Syekh Abdul Qadir.
Untuk itu, ada 2 hal yang melandasi inti ajaran Tarekah Qadiriyah ini, yaitu:
- Berserah diri (lahir-bathin) kepada Allah. Seorang muslim wajib menyerahkan segala hal kepada Allah, mematuhi perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
- Mengingat dan menghadirkan Allah dalam kalbunya. Caranya, dengan
menyebut Asma Allah dalam setiap detak-nafasnya. Bagaimana pun,
dzikrullah adalah suatu perbuatan yang mampu menghalau karat lupa kepada
Allah, menggerakan keikhlasan jiwa, dan menghadirkan manusia duduk
bertafakur sebagai hamba Allah. Hal ini merujuk pada hadist riwayat Ibnu
Abid Dunya dari Abdullah bin Umar berikut:
Sebenarnya setiap sesuatu ada pembersihnya, dan bahwa pembersih hati manusia adalah berdzikir, menyebut Asma Allah, dan tiadalah sesuatu yang lebih menyelamatkan dari siksa Allah kecuali dzikrullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar