HADAPILAH MASALAH KEHIDUPAN DENGAN SENYUM
HIDUP
memang akan terasa hidup jika kita hidup penuh kebahagiaan dan
senyuman. Tidak hanya sebatas senyum di bibir, tapi senyum di hati. Lalu
bagaimana kalau senyum itu tiba-tiba berubah menjadi gelisah, takut,
dan pahit?
Apakah
kita akan lari dan terus berlari? Apakah dengan mengakhiri hidup ini
dengan meminum obat nyamuk? Jelas itu bukan solusi yang manjur dan
mujarab. Karena jika kita bersikap seperti itu, bukan berarti kita akan
terbebas dari masalah. Malah akhirnya masalah akan semakin menumpuk.
Kalau
kita menyadari hidup yang sesungguhnya adalah hidup dengan aneka
permasalahan dan beragam masalah. Kenyataan hidup memang tidak mudah,
penuh kesulitan dan kepedihan. Kapan dan di mana pun masalah kehidupan
akan datang. Siap atau tidak siap. Suka atau tidak suka. Masalah
kehidupan akan selalu datang. Hanya saja apabila masalah kehidupan itu
datang kita sering kali tidak “peka”, dan menganggap ini sebagai
kelemahan diri, tidak menganggap ini sebagai teguran dari-Nya.
Sebagai
manusia religius apabila masalah kehidupan datang, kita seharusnya
mutlak membuka kesadaran bahwa Allah telah menegur kita. Tidak mungkin
masalah kehidupan akan datang kalau tidak ada musababnya. Pasti ada yang
salah dengan perilaku kita. Masalahnya, tidak semua orang “ngeh” dalam
menghadapi berbagai macam masalah kehidupan. Ada reaksi negatif yang
menerjemahkan masalah kehidupan sebagai siksa. Dari sini pula tidak
sedikit orang yang akhirnya putus asa. Semangat hidupnya tiba-tiba
menjadi redup. Hidup akhirnya menjadi pelarian tiada akhir. Pada
puncaknya bunuh diri sebagai tujuan akhir.
Akan
lebih bijak jikalau kita menghadapi berbagai macam masalah kehidupan
yang ada, dan tidak terus lari ataupun menghindar dari ketidakyamanan
hidup. Seberapa rumit dan besarnya masalah, asalkan kita mau berupanya
sepenuh hati untuk membaca kelebihan dan kekurangan pada diri kita. Ada
kelebihan dalam diri yang harus dimunculkan, dikumpukan, dan dipupuk
hingga menjadi kekuatan. Ada kekurangan dalam diri yang harus dibuang,
disingkirkan, dan dikikis semampu mungkin. Dari situlah manusia
mempunyai kekuatan untuk menata hidupnya untuk lebih baik lagi. Dan
ingatlah dengan janji-Nya. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah [2] : 286).***
Hermawan Soediro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar